Langsung ke konten utama

Hikmah Kehidupan



Noldianto Marianus Lasterman

Pencarian pengetahuan untuk suatu kebenaran merupakan suatu hal yang mutlak dan tak dapat terhindarkan. Kebenaran yang murni harus dituntut dengan usaha dan kerja keras yang terus-menerus untuk memperoleh yang hendak dicapai dalam dunia era-modern ini. Orang yang sadar akan hal itu tentu terus membuka pandangannya terhadap segala hal yang berada dalam dunia eksistensi ini sambil terus-menerus memahami akan makna dari nilai kehidupan yang saat ini kita miliki baik di saat bangun maupun tertidur. Cenderung dalam pikiran manusia sering muncul berbagai pertanyaan yang dia hadapai serta mencari solusi yang tepat dari pertanyaan akan eksistensi kehidupan yang dia alami.


Berbicara mengenai kehidupan, saya ingin mengajak pembaca untuk melihat kembali pada diri sendiri mengenai pertanyaan yang sering muncul dalam kehidupan kita. Menurut saya, pertanyaan yang sering muncul dan ada kaitannya dengan kehidupan adalah “Bersyukur”. Mengapa? Satu kata tapi beribu makna. Alasannya kembali pada diri kita sendiri untuk mengulas lebih jauh lagi makna dari kata “Bersyukur”. Kata ini sudah tidak asing bagi kehidupan kita bahkan hampir setiap menit bahkan detik kita belum menyadari bahwa kata ini sering terucap baik dalam pikiran, perasaan maupun perkataan.


Mungkin banyak dari kita sering mendengar seorang tokoh yang tidak asing lagi di telinga kita yakni Santo Agustinus. Ia banyak berbicara mengenai kebaikan Tuhan dan kehendak bebas manusia untuk menjelaskan berbagai pertanyaan mengenai situasi dunia. Pemikiran Agustinus ini sangat tepat jika dikaitkan dengan konteks kehidupan manusia yang sekarang ini karena dalam berbagai situasi dengan orang yang berbeda hanya sedikit yang mengidentifikasi akan nilai kehidupan baik secara filosofis maupun teologis. Dunia ini memang sebenarnya selalu berada dalam konflik baik kehidupan maupun kerohanian sama seperti antara para pemilik modal (kaum kapitalis) dan buruh (kaum proletar) sehingga mengeksplotasi kaum dalam alienasi. Oleh karena itu, dialog pemikiran merupakan sebuah proses untuk menghadapi realitas sehingga dalam menghadapi berbagai persoalan hidup tidak sekadar mengamati dan memikirkan untuk memahami kehidupan melainkan cara yang tepat dalam menafsirkan kehidupan ialah “Bersyukur” sehingga pemahaman ini sampai pada berbagai solusi kehidupan yang dapat menyelesaikan persoalan-persoalan secara tepat serta mengarahkan manusia pada tujuan yang lebih utama baik secara pribadi maupun masyarakat. Dalam filsafat bukanlah sesuatu yang baru dalam mengarahkan orientasi kehidupan ini melainkan mengajak kita untuk mengarahkan kehidupan yang lebih baik dan bijaksana.


Saya akan sedikit sharing mengenai pokok pembahasan kita ini. Pada akhir bulan Juni tahun 2017 saya bersama om saya sedang makan di salah satu warung lalapan di daerah Jakarta Pusat. Menikmati makanan yang begitu enak untuk sementara kami di hibur dengan pengamen jalanan sambil menyanyikan lagu dengan judul “Ayah”. Setelah pengamen itu pergi disertai makanan yang telah kami santap sudah habis saya bersama om menikmati sebatang rokok yang begitu nikmat (hehehe). Sesambil menikmati rokok datanglah seorang pria berkisar 33 tahun membawa tas besar yang isinya berbagai jenis sepatu. Ia pun menawarkannya kepada kami dan saya sendiri tertarik untuk melihatnya. Sembari melihat sepatu-sepatu yang ia dagangkan saya bertanya kepada pria itu. Berapa lama abang menjual sepatu keliling? Dia menjawab dengan tersenyum sejak tahun 2009 sampai sekarang (2017). Saya juga merasa tersanjung mendengar hal itu. Kemudian saya bertanya lagi. Mengapa abangnya tidak mencari kerjaan lain? Dia menjawab saya belajar hanya sampai SD tetapi yang perlu diperjuangkan dalam hidup saya itu adalah perjuangan dan bersyukur kepada Allah Yang Maha Esa. Jawaban yang kedua ini membuat om dan saya sendiri langsung membeli dua pasang sepatu yang ia jual dengan harga Rp. 50.000 sehingga om saya memberikannya lebih dari itu. Pengalaman yang dianggap biasa bagi kebanyakan orang tapi memiliki banyak arti dan makna bisa kita sadari melalui orang lain yang kita jumpai dimanapun kita berada. Semoga melalui kisah ini bisa membantu para pembaca untuk mengerti dan memahami maksud dari tujuan saya. Terima Kasih.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia: Membangun Jembatan Kasih Dalam Kesederhanaan di Tengah Keberagaman Bangsa

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan saja merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi contoh tentang bagaimana kesederhanaan dapat menjadi titik penyatuan di tengah keberagaman bangsa. Paus Fransiskus, yang terkenal akan gaya hidupnya yang sederhana dan dekat dengan rakyat, membawa pesan yang sangat tepat bagi masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya dan agama. Kesederhanaan beliau menjadi bukti yang jelas bagaimana hidup dengan rendah hati dapat mengatasi perbedaan dan memperkuat persatuan. Dalam setiap pertemuan dan dialognya dengan berbagai pemimpin agama di dunia, Paus Fransiskus selalu menunjukkan sikap rendah hati dan keterbukaan. Beliau tidak hanya berbicara tentang pentingnya kasih dan persaudaraan, tetapi juga mempraktikkannya dalam setiap langkahnya. Kesederhanaan dalam sikap dan tindakan Paus Fransiskus menjadi cerminan dari pesan Kristiani yang mendalam: bahwa kasih tidak membutuhkan kemewahan atau kekuasaan, melainkan ketulusan hati un

Media Komunikasi Sebagai Karya Kerasulan

Noldianto Marianus Lasterman Dalam perkembangan yang begitu pesat manusia  menciptakan berbagai media komunikasi yang semakin mempermudah orang-orang untuk mengakses segala kebutuhannya. Lalu apakah yang dimaksud dengan “komunikasi”? secara etimologis, komunikasi berasal dari kata Latin communicatio atau communis, yang berarti biasa atau berbagai . Perkembangan media komunikasi ini, gereja ikut serta cara mengaplikasikan media tersebut dalam bentuk pelayanannya. Secara khusus media elektronik yang sangat berkembang saat ini, membuat gereja memfasilitasi berbagai macam media komunikasi dalam pertumbuhan iman umat beriman. Syukur jika sekaligus juga dapat menjadi sarana pewartaan (evangelisasi) yang karena nilai-nilai Kristiani dan kemanusiaan yang dikandungnnya-menjangkau kalangan yang lebih luas lagi.  Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bentuk media komunikasi khususnya elektronik, memiliki dampak positif dan negatif. Gereja perlu mengantisipasi pengaruh perkembangan

Ekaristi

Noldianto Marianus Lasterman “Ekaristi adalah suatu misteri iman, yang sungguh rangkuman dan ringkasa iman kita. iman Gereja pada hakekatnya aalah iman yang ekaristis dan secara istimewa dipupuk pada meja ekaristi. Iman dan sakramen adalah dua segi kehidupan Gerejawi yang saling melengkapi. Dibangkitkan oleh pemakluman Sabda Allah, iman dipupuk dan bertumbuh dalam perjumpaan penuh dengan Tuhan yang bangkit, yang terjadi dalam sakramen: iman diungkapkan dalam ritus, sementara ritus menguatkan dan menguduskan iman”. (Sacramentus Caritatis, No. 6)            Nama lain dari Ekaristi berasal dari kata Yunani untuk “ucapan syukur”. Istilah mengenangkan Perjamuan Malam Terakhir Kristus melalui konsekrasi roti dan anggur. Nama-nama lain untuk Ekaristi adalah perjamuan Tuhan, misa,  dan persekutuan kudus [1] . Sejauh dililhat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan Diri seutuhnya kepada manusia, kita mengetahui bahwa iman atau wahyu merupakan perjumpaan antara Allah dengan