Langsung ke konten utama

Kekerasan Anak

Kekerasan Seksual terhadap Anak[1]

oleh
Nama : Noldianto Marianus Lasterman[2]


    I.            Pendahuluan

            Kekerasan seksual terhadap anak yang hampir menyebar di seluruh wilayah Indonesia sekarang ini telah menjadi masalah penting bagi kita untuk semakin waspada dalam menjaga putra/putri kita. Ini juga bisa berpengaruh terhadap emosional anak dan akan menjadi trauma berkepenjangan. Trauma pemerkosaan bisa menjadi menakutkan bagi seorang anak, sehingga ia kehilangan kesadaran dan takut terhadap lawan jenis.


            Masalah yang dihadapi para korban kekerasan seksual akan membawa kebingungan tersendiri pada anak karena, tidak jarang menanggung rasa sakit akibat pelecehan dengan cara menghilangkan peristiwa itu dari ingatan mereka. Meskipun tersembunyi dari kesadaran ingatan mereka, kekerasan tersebut akan manjadi sumber kekacauan dan rasa tidak percaya diri sehingga sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam beberapa hal, para pelaku kekerasan merasakan hal yang sama, dimana mereka menyadari akan tindakan yang mereka perbuat terhadap korban dan berusaha mencari cara untuk menutupi kesalahan tersebut. Dalam tulisan ini, saya akan membahas apa dampak kekerasan seksual dan upaya kita sebagai orang tua untuk memulihkan kepercyaan diri anak setelah mengalami kekerasan seksual.


            Tujuan dari penulisan ini tentu sangat berguna bagi kita semua untuk mengingatkan kembali kepada orang tua untuk turut serta dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak di lingkungan mereka sehingga, tidak ada lagi korban yang berjatuhan akibat para pelaku yang tidak bertanggung jawab akan tindakannya. Dampak kekerasan seksual yang sering terjadi telah menimbulkan perasaan bersalah, malu dan penolakan terhadap diri sendiri sehingga, dibutuhkan upaya pemulihan terhadap para korban kekerasan agar bisa melupakan masa lalu yang begitu kelam yang telah mereka alami. Oleh sebab itu, sangat pentinglah bagi kita untuk menanggapi secara serius tentang masalah ini.

II.        Pengertian Kekerasan Seksual

            Bagi mereka yang pernah mengalami kekerasan seksual, istilah “orang yang selamat” menunjukkan perubahan dan perkembangan yang mereka lakukan daripada sekedar sebagai “korban”, dimana mereka tidak memiliki kekuatan lagi dan hanya bisa melihat ke belakang[3]. Jadi kekerasan seksual adalah bentuk utama, di mana di dalamnya ada bentuk-bentuk kekerasan yang berbeda, mulai pelecehan seksual, serangan seksual hingga perkosaan.Sejak istilah ini menjadi pilihan buat mereka untuk menunjukkan kemampuan mereka untuk mengatasi situasi ini. Sebagian besar isi tulisan ini akan berasal dari kasus-kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak. Dalam menangani kasus-kasus kekerasan seksual, saya menemukan bahwa kebanyakan wanita adalah sebagai korban dan pria adalah sebagai pelaku. Dinamika pemahaman Gender mengenai pria dan wanita dalam masyarakat kita mempengaruhi terjadinya berbagai kasus kekerasan seksual yan menempatkan wanita sebagai korban dan pria pria sebagai pelaku. Namun, belakangan ini semakin berkembang kesadaran bahwa sejumlah besar pria pernah mengalami kekerasan seksual saat mereka masih anak-anak.


            Istilah “pelecehan seksual” merujuk pada tindakan kekerasan secara seksual yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan. Kebanyakan orang memahami istilah “agresi” atau “menyerang” sebagai kekerasan fisik. Bagaimanapun kekerasan seksual tidak selalu merupakan tindakan kekerasan seksual tidak selalu merupakan tindakan kekerasan seksual yang terbuka. Jika diperhatikan, istilah kekerasan “kekerasan”, yang dalam bahasa Inggris disebut “violence”, berasal dari kata “to violate”, yang artinya melanggar, dan pelecehan seksual termasuk dalam tindakan kekerasan seksual.[4]

III.      Dampak-dampak Kekerasan Seksual

            Memang lebih sulit mengidentifikasi dampak kekerasan seksual pada anak, serta melakukan intervensinya. Orang dewasa menyadari apa yang terjadi padanya, dan dapat bercerita tentang pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya secara lebih jelas dan peduli. Anak-anak mungkin tidak sungguh-sungguh mengerti apa yang terjadi, apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya. Pada anak juga dapat terjadi reaksi-reaksi yang tertunda, yang terlihat jelas saat ia dewasa. Selain mencoba menggali pikiran dan perasaan anak, dapat dicoba untuk mengamati perilaku anak. Karena karaktersistik anak yang suka bermain, barangkali ia memang masih tetap senang bermain. Tetapi perhatikan juga pola tidurnya, apakah ia mudah tidur? Banyak bermimpi? Apa isi mimpinya? Perhatikan juga perilaku yang lain: apakah ada perubahan-perubahan perilaku menyolok? Kadang-kadang juga mengalami dampak yang tertunda, yang baru kita ketahui saat dewasa dan harus membangun keluarga sendiri. Dalam tulisan ini saya mengambil contoh berita mengenai kasus-kasus kekerasan seksual :
a.      Liputan6.com, Jakarta Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, selama 2014 mencatat 15 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang berawal dari penggunaan media sosial.
Psikiater Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari Ida Rochmawati di Gunung   Kidul, Selasa, mengatakan, sedangkan selama enam tahun terakhir angka kekerasan seksual pada anak mencapai 108 kasus.[5]
"Kami menduga tingginya kasus tersebut diakibatkan keberadaan media sosial. Selain media sosial yang tidak terkontrol menyebabkan kasus meningkat. Selain itu, mudahnya mengakses situs porno menjadi pemicu perkembangan biologis anak," kata Rochmawati.
Ia mengatakan akibat meningkatnya perkembangan biologis anak ialah semakin meningkatnya dorongan seksual pada anak-anak.
"Saya ini memasuki masa menstruasi saat kelas 2 SMP, tapi anak sekarang SD sudah menstruasi," katanya.
Ida mengatakan kekerasan seksual ini juga dipengaruhi oleh lunturnya norma sosial yang ada di masrakat. Saat ini norma di dalam masyarakat seperti menganggap hal yang tabu menjadi biasa.
"Kondisi seperti ini menyebabkan kekerasan terhadap anak meningkat. Hal ini juga dipengaruhi oleh peran orang tua dalam pola asuh anak," katanya.
Ia menyarankan untuk mengantisipasi hal itu diperlukan kegiatan secara terpadu antara pemerintah, masyarakat, keluarga dan sekolah. Orang tua memiliki peran utama untuk mendidik anak.
"Semua harus memposisikan diri agar kekerasan seksual anak tidak  terjadi," kata dia.
Selain itu, pemerintah harus tegas dalam membuat regulasi seperti pemblokiran situs porno. "Pemblokiran situs porno harus dilakukan secara terus menerus," kata Ida.
b.     JAKARTA, KOMPAS. — Seorang bocah berusia tiga tahun denganinisial DF menjadi korban pencabulan di Rusun Pinus Elok, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Korban mengalami tindak pencabulan oleh pelaku berinisial ER (35), yang juga warga rusun tersebut.
Kepala Polsek Metro Cakung Komisaris Armunanto Haean mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu (10/10/2015). Saat itu, korban yang tinggal di lantai lima bertemu dengan pelaku di lantai tiga rusun saat hendak turun. Kemudian, ER memanggil korban. Pada saat itulah, pelaku melancarkan aksi bejatnya.[6]
"Pelaku jongkok di depan korban dan langsung mencabuli korban dengan memasukkan   tangan kirinya," kata Armunanto kepada wartawan, Selasa malam.
Armunanto mengatakan, akibat kejadian itu, alat vital korban mengeluarkan darah. Perbuatan pelaku langsung diketahui warga rusun tersebut, yang kemudian melapor ke petugas keamanan rusun.
Aparat Polsek Metro Cakung yang mendapat laporan warga lantas meringkus pelaku. Kepada petugas, pelaku mengaku melakukan hal tersebut karena ingin menyalurkan hasratnya. "Karena pelakunya memang masih sendiri. Jadi, dia belum memiliki pasangan, dan mempunyai nafsu yang tinggi melihat wanita, terutama saat melihat anak kecil," ujar Armunanto.
Pelaku kini meringkuk di balik jeruji sel tahanan Polsek Metro Cakung. Ia dijerat dengan Pasal 82 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Pencabulan Anak, dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
            Berdasarkan tulisan ini saya telah mewawancarai beberapa anak muda (narasumber) untuk memberikan tanggapan secara langsung mengenai kekerasan seksual terhadap anak :
1)     Fr. Rony[7] ;
Menurut saya, kasus kekerasan seksual yang menimpa anak dibawah umur tentunya sangat tidak bermoral dan malah merusak citra atau identitas dari si anak tersebut. Saya sangat prihatin dengan situasi Indonesia yang sekarang ini yang masih belum bisa menyelesaikan hal yang penting ini padahal, peristiwa ini sangat merusak hidup para generasi bangsa Indonesia. Saya rasa demikian. Terima kasih
2)     Fr. Fianto[8] ;
Tanggapan saya tentang kasus ini tentu sangat mengecewakan sebagian banyak orang termasuk saya salah satunya. Paus Fransiskus[9] juga pernah menyinggung masalah ini bahwa Kristus muncul melalui anak kecil dan kita sebagai kaum beriman hendaknya meindungi dan meyanyangi mereka seperti anda meyanyangi Yesus sendiri. Sudah jelas bahwa kita sebagai anak muda juga harus menolong adik kita yang pernah mengalami peristiwa tersebut. Saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya dengan berdoa dan menyerahkan seluruhnya pada pemerintas dan komnas HAM. Sekian.
3)     Fr. Arnold[10] ;
Tanggapan saya mengenai hal ini ialah bahwa saya juga yang dulunya pernah mengalami masa kanak-kanak sangat tidak setuju akan perlakuan yang tidak bermoral oleh para pelaku kekerasan seksual. Sejak kecil anak-anak harus menikmati masa kanak-kanak mereka, bukan malah merusak masa kanak-kanak mereka dengan penuh kekejaman, mau jadi apa generasi kita nanti kalau dari pihak pemerintah hanya berdiam diri saja dan tidak melakukan sesuatu. Harapan saya bagi pemerintah tolong selamatkan generasi kita. Terima kasih.

 Dampak kekerasan seksual dapat kita melalui dari aspek-aspek sebagai berikut :
   1).     Aspek-aspek Fisik
Dalam kasus kekerasan seksual sering kali terjadi kekerasan fisik, dari yang sepele hingga yang parah. Pengalaman hubungan seks yang dilakukan secara paksa dapat megembangkan respon penolakan spontan dari seorang anak. Trauma pemerkosaan bisa jadi begitu menakutkan bagi seorang anak sehingga ia kehilangan kesadaran, sebagai akibat keterkejutan, dan mungkin dapat membawanya semakin dekat dengan kematiann.
Dalam banyak kasus, luka-luka fisik akibat kekerasan seksual sering tersembunyi karena organ kelamin yang terluka tersebut berada pada tempat-tempat yang tertutup. Alasan ini membuat kita tidak sulit untuk memahami mengapa begitu banyak korban yang memilih untuk menderita secara diam-diam.

  2).      Aspek-aspek Seksual
            Saat kita membicarakan dampak fisik akibat kekerasan seksual, yang pertama-tama kita pikirkan adalah luka-luka dan ketidaknyamanan fisik. Bagaimanapun, salah satu bentuk kekerasan seksual meliputi sentuhan fisik yang membuat tubuh kita tidak nyaman. Saat tubuh seorang anak memberi respon positif terhadap sentuhan tersebut, anak itu akan merasa bingung. Ia merasa dikhianati oleh tubuhnya sendiri. Dengan pemahaman mereka yang sangat terbatas, seorang anak akan merasa bingung saat merasakan gabungan antara takut dan senang secara seksual.

            Seorang anak berusia di bawah umur yang secara tidak senonoh terlibat dalam aktivitas seksual, biasanya berkembang menjadi seorang dewasa yang berusaha mendapatkan dukungan dan perhatian dengan menyatakannya secara seksual. Orang dewasa yang pernah menjadi korban kekerasan seksual saat kanak-kanak dulu menceritakan bahwa peristiwa tersebut sangat mempengaruhi munat dan ekspersi seksual mereka.

 3).       Aspek-aspek Emosional
            Dalam kenyataannya dampak kekerasan memang sangat berpengaruh terhadap emosional anak yang membuat si anak gampang stress akibat masalah itu. Sejak kecil anak dibina secara khusus dari orang tua untuk membentuk kepribadian anak menjadi lebih ideal. Ketika anak-anak mengalami suatu yang tidak dapat mereka pahami, mereka berupaya menemukan berbagai cara untuk menyembunyikan hal tersebut. Seorang anak mungkin akan menghabiskan lebih banyak dan semakin banyak waktunya untuk melamun. Beberapa anak lain akan menghabiskan waktu mereka dalam dunia khayalan; cara ini akhirnya menjadi gaya hidup yang terus berlanjut hingga mereka dewasa. Bagi anak-anak, berkhayal membuat mereka terhindar dari luka emosional yang sangat parah; pada satu tahap tertentu cara demikian memang membantu mengatasi rasa sakit. Namun, cara ini juga menciptakan kebingungan psikologis; khayalan menjadi lebih nyata daripada kenyataan itu sendiri.[11]

4).        Aspek-aspek Spiritual
            Bagaimanapun kekerasan dapat menciptakan kehancuran secara spiritual. Hal ini berdampak bagi si korban yang sering kali menemui kesulitan untuk percaya pada Tuhan yang menjaga dan melindungi. Jika seseorang mempunyai ayah yang berperilaku kasar terhadapnya, maka gambaran mengenai Allah sebagai Bapa bisa menjadi menakutkan baginya. Simbol dukungan dan pemeliharaan bagi orang lain justru dipandang sebagai batu sandungan dan hambatan spiritual oleh para korban.[12] Dampak buruk akan terjadi dalam hidup rohani bagi si korban, karena mungkin saja mereka berpikir dalam hati mereka bahwa Tuhan itu tidak ada lagi dalam kehidupan mereka sehingga membuat mereka kurang percaya lagi pada diri sendiri dan juga kepada Tuhan. Ini merupakan musibah dan tantangan bagi orang tua untuk mendidik kembali anak kita menuju jalan yang benar dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.


            Sebagai orang yang mempunyai komitmen terhadap kehidupan umat Kristen, mungkin kita merasa kesulitan mendengar luka-luka yang dialami sesama kita dalam kehidupan bergereja. Karena itu, dalam semangat kita untuk menjadi duta-duta bagi Kristus, kita tidak boleh membiarkan diri kita bersikap defensif dan reaktif.[13] Akibat kekerasan seksual yang dialami, sebagian orang kehilangan keyakinan tersebut, merasa Tuhan tidak melindungi, bahkan mungkin menciptakan kesengsaraan atas dirinya. Kehilangan keyakinan bahwa Allah itu Maha baik, munkgin yang kemudian diyakininyaadalah bahwa Tuhan pilih kasih, tidak peduli, penghukum, dan lain sebagainya. Penyintas yang menghayati hal-hal demikian, sangat memerlukan dukungan untuk dapat menata kembali keyakinan dan hubungan baiknya dengan yang Maha kuasa.[14]


            Bagi seorang anak, orang tua adalah guru yang pertama dan sumber gambaran mengenai Allah. Anak-anak pernah dikhianati oleh orang tua akan menemui kesulitan untuk percaya kepada Tuhan. Para korban yang terluka ini membutuhkan orang lain untuk melimpahi mereka dengan cinta dan pemeliharaan. Alkitab, jika dikutip secara benar dalam konteksnya, dapat menjadi sumber yang sangat menolong dalam sejumlah situasi. Namun, bagi seseorang yang telah kehilangan kemampuan untuk percaya dan merasa telah dikhinati, ayat-ayat Alkitab tampaknya tidak akan banyak membantu.


IV.       Pemulihan terhadap korban Kekerasan Seksual

            Sekarang mulai berkembang konsep ‘pemulihan psikologis berbasis  komunitas’. Dalam model ini, penguatan kapasitas perlu banyak dilakukan pada masyarakat sendiri, agar masyarakat dapat melakukan pendampingan pada penyintas-penyintas yang ada di lingkungannya. Model pelayanannya tidak terpusat, hal ini telah mulai dicoba dilakukan beberapa lembaga, tetapi dengan cakupan Indonesia yang sangat luas, tantangannya masih sangat besar. Sangat dibutuhkan pihak-pihak lain yang juga peduli dengan pengembangan model pemulihan berbasisi komunitas ini.[15]


            Kebanyakan orang ingin mencoba menangani kasus kekerasan seksual yang tidak terlalu formal tetapi terlrbih dahulu kita harus mengubah pola berpikir kita. Perubahan pola pikiran perlu dilakukan oleh para korban kekerasan dan pelaku kekerasan. Masyarakat juga harus berperan aktif dalam upaya memulihkan perasaan trauma dan takut bagi para korban kekerasan, jika tidak mereka akan kehilangan aspek-aspek yang sudah diterapkan. Dalam upaya memberlakukan pemulihan bagi para korban kekerasan seksual pada anak harus dibutuhkan kesabaran yang tinggi agar korban secara perlahan-perlahan dapat menghilangkan rasa takut dan trauma akan peristiwa tersebut.


            Dalam hidup komunitas ini, pelaku kekerasan seksual biasanya muncul dalam keluarga sendiri atau masih memiliki hubungan darah antara pelaku dan korban. Hal ini biasanya harus diselesaikan secara diam-diam atau tidak boleh masyarakat umum tahu akan peristiwa ini karena, jangan sampai masyarakat malah melakukan tindakan anarkis dan mengusir keluarga tersebut dari pemukimannya sendiri. Dalam banyak kasus yang terjadi sekarang ini terlebih khusus di daerah-daerah perkampungan banyak sekali kasus kekerasan seksual yang terjadi dalam lingkup keluarga sendiri. Pelaku biasanya melakukan kekerasan seksual karena faktor nafsu, ekonomi, dan kepuasan tersendiri bagi si pelaku sehingga cucu, anak atau keponakan bisa jadi sasaran pelampiasan nafsu mereka.


            Pada saat yang sama, kita perlu mendengar korban dan menghargai kebutuhan korban untuk merasa  aman. Tidak ada hubungan yang benar-benar bisa diperbaiki sebelum korban dapat membangun kembali kepercayaannya terhadap pelaku. Korban mungkin bisa mempercayai pelaku dalam jangka yang lama, tetapi bisa saja ia tidak mempercayainya lagi. Membangun kembali kepercayaan tidak hanya bergantung pada korban. Hal itu juga bergantung pada perilaku pelaku setelah kekerasan terjadi dan bagaimana masyarakat memperlakukan pelaku.[16] Masyarakat harus bertanggung  jawab penuh dalam menangani para pelaku kekerasan seksul yang terjadi saat ini baik itu di linkungan maupun dalam keluarga sendiri. Sebenarnya upaya penanggulangan kekerasan harus interagratif[17] dan holistik[18]. Penguatan psikologis seperti kebutuhan yang lebih mendasar[19] bagi korban kekerasan seksual karena butuh penanganan khusus agar korban kekerasan tidak mengalami gangguan emosional yang berkepanjangan. Dalam kekerasan seksual  harus dibutuhkan juga penanganan secara serius untuk melindungi anak kita. Langkah-langkah penanganan kekerasan seksual secara umum adalah sebagai berikut:


Ø Menghindari Perkosaan:[20]
1. Selalu bersikap waspada. Sikap ini bisa ditunjukkan misalnya:
a). Jika memilih menggunakan taksi sebisa mungkin menggunakan layanan jemput misalnya dari kantor, hotel, pusat perbelajaan dan sebagainya.
Dengan layanan ini perusahaan taksi akan mencatat peredaran taksinya,
sementara kantor/hotel/atau pusat perbelanjaan juga akan mencatat
identitas taksi
b). Tulis identitas taksi meliputi nama taksi, pengemudi, no identitas dan no pintu, dan segera kirim pada orang terdekat. Atau
c). Segera telpon orang terdekat dan informasikan identitas taksi.
Menginformasikan dengan cara ini memungkinkan didengar langsung oleh
pengemudi taksi, dan ini bisa membantu mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan
d). Jika memilih bus atau angkot umum segera turun jika merasa ada hal yang aneh dan mencurigakan.
e). Jika memilih ojek dan memungkinkan, pilihlah yang anda kenal atau ojek langganan. Jangan lupa minta no hp jika ada, juga catat no kendaraan
2. Membekali diri dengan keterampilan bela diri bisa menjadi cara untuk menangkis perkosaan.
3. Melakukan perlawanan, seperti berteriak, memukul, menendang, lari dan lain- lain jika ada kesempatan.
4. Jika ada kesempatan pukul sekeras-kerasnya pada alat reproduksi laki-laki.
5. Waspada terhadap sekeliling dan orang-orang yang belum dikenal.
6. Bangun pemahaman tentang perkosaan. Pemahaman akan perkosaan baik itu
definisi, bentuk, motif dan cara-cara yang biasa digunakan pelaku bisa membantu menghindari perkosaan. Pengetahuan tentang dampak perkosaan juga membantu seseorang dalam mengambil sikap ketika mengalaminya.

Ø Jika Anda Korban[21]
1. Jangan menyalahkan diri sendiri terhadap perkosaan yang anda alami. Bangun
keyakinan bahwa pelakulah yang bersalah. Dengan demikian anda akan memiliki
kekuatan untuk menghadapi dan mengambil pilihan tepat penyelesaian kasus
2. Jangan langsung membersihkan anggota badan atau mandi karena hal ini akan
menghilangkan bukti utama berupa jejak sperma pelaku.
3. Kumpulkan benda-benda yang bisa dijadikan bukti, pakaian yang dikenakan pada saat kejadian, atau benda-benda pelaku yang mungkin tertinggal. Ingat jangan
menyentuh alat-alat bukti dengan tangan. Gunakan plastik atau benda lain yang
tidak menghilangkan sidik jari pelaku.
4. Segera melapor ke pihak berwajib terdekat. Secara resmi setiap korban perkosaan
harus melapor ke polisi. Polisi akan memberikan Surat Permintaan Visum et Repertum atau surat dari polisi yang meminta dokter memeriksa tubuh korban.
5. Jika korban memilih langsung ke layanan kesehatan, maka pihak kepolisian bisa
didatangkan ke layanan kesehatan tersebut atau
6. Segera ke lembaga layanan terdekat. Perlu diketahui sperma akan berada dalam
vagina 4-5 jam. Namun masih bisa ditemukan disekitar antara 24-36 jam.
7. Cari dukungan baik teman, orang terdekat, pendamping, atau lembaga
pengadalayanan yang dipercaya. Ceritakan apa yang telah terjadi. Ini penting jika
sewaktu-waktu korban mengalami sakit, trauma dan sebagainya. Orang yang diajak bisa membantu dalam proses peradilan.

            Penanganan kekerasan seksual seperti di atas tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi kita semua dalam upaya penindakan bagi para pelaku kekerasan seksual sehingga, mereka sadar akan perbuatan mereka yang sangat tidak terpuji atau tidak bermoral yang disebut sebagai anima rationale (hewan yang berakal budi). Dalam upaya pemulihan bisa juga kita gunakan dengan pendampingan dari konselor untuk mendampingi korban kekerasan sekaligus memberikan rasa aman, memberikan dukungan konkrit, bukanlah konselor melainkan pendamping. Waktu yang disediakan pendamping jauh lebih besar daripada waktu yang disediakan konselor. Dan dukungan konkrit adalah hal yang sangat penting untuk memfasilitasi proses pemulihan. Melalui dukungan konkrit seseorang merasa sungguh diterima, dimengerti, diberi rasa aman. Sementara itu, konselor melalui percakapan yang dikembangkanny, membantu korban atau penyintas untuk memhamai diri lebih baik, mengenal kekuatan dan kelemahannya, menguatkan diri dan mantap dengan pilihan akan diambilnya. Jadi, tidak ada yang dapat dianggap berperan lebih penting, dengan cara  yang berbeda, tetapi saling melengkapi.[22] Cara ini sangat membantu sekali bagi para korban kekerasan seksual terhadap anak, mungkin melalui pendampingan tersebut akan memudahkan anak untuk melupakan musibah yang menimpanya.


            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kekerasan seksual terhadap anak bisa berdampak buruk bagi kehidupannya dan masa depannya. Kita sebagai orang tua tentunya harus sigap dalam menangani kasus ini sehingga, tidak ada lagi anak-anak kita sebagai korban pelampiasan nafsu bagi para pelaku yang tidak bertanggung jawab atas tindakannya. Semoga harapan kedepannya kita bisa bekerja sama untuk menaggulangi kasus kekerasan seksual terhadap anak. Anak kita merupakan aset terpenting dalam negara Indonesia dan jangan sampai tidak diperlakukan secara bermoral oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

V.        Penutup

Kekerasan seksual pada anak harus menjadi masalah penting bagi orang tua dan pemerintah untuk lebih berhati-hati lagi terhadap pelaku kekerasan seksual. Bagi anak yang masih belum tahu apa-apa tentang itu pasti mengharapkan yang sama untuk menindaklanjuti para pelaku, jangan sampai generasi muda kita dilecehkan begitu saja tanpa adanya pertanggungjawaban dari para pelaku. Orang tua harus menjadi peranan panting dalam menjaga anaknya dan mengajarkan hal-hal yang harus dihindari agar anak jangan mudah terjerumus dengan hal itu yang bisa mengakibatkan kerugian terhadap si anak dan juga orang tua.


Itulah sebabnya pengawasan eksternal juga perlu dari pihak kepolisian yang tiap hari harus mengontrol secara terus menerus untuk mencari para pelaku kekerasan seksual. Masyarakat juga harus peran aktif dalam menanggulangi para pelaku agar tercipta suasana aman terhadap anak-anak mereka. Oleh sebab itu, kekerasan seksual pada anak harus lebih diperhatikan lagi dalam pengawasan terhadap anak dan cara menghilangkan rasa trauma terhadap korban kekerasan seksual pada anak. Sekian dan terima kasih.


Daftar Pustaka
·        Poerwandari, Kristi. Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Kekerasan Seksual. Jakarta:Program kajian wanita program pascasarjana Universitas Indonesia. 2006.
·        Yantzi, Mark. Kekerasan seksual dan Pemulihan. Jakarta:Gunung Mulia. 2009.
·        Kekerasan Seksual:Kenali dan Tangani, Informasi ini disiapkan oleh Sub. Komisi Partisipasi Masyarakat Komnas Perempuan.









           
           







[1] Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir semester Bahasa Indonesia di bawah   bimbingan Ibu Dien Rovita, tahun akademik 2015/2016, STF DRIYARKARA, Jakarta.
[2] Penulis adalah mahasiswa program studi Teologi di STF DRIYARKARA tahun  2015/2016.
[3] Mark, Yantzi. Kekerasan Seksual dan Pemulihan.Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia.2009. hal 6
[4] Mark, Yantzi. Kekerasan Seksual dan Pemulihan.Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia.2009. hal 6-7
[5]  Sumber diambil dari http://health.liputan6.com/read/2148871/belasan-kasus-kekerasan-seksual-pada-anak (Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Bali menggelar sosialisasi pencegahan kekerasan seksual terhadap anak usia dini kepada guru PAUD) tanggal 4 November 2015
[6] Koran Kompas tanggal 25 November 2013 hal. 4
[7]  Mahasiswa semester 5 program studi Teologi di STF DRIYARKARA.
[8] Mahasiswa yang baru saja menyelesaikan studinya di STF DRIYARKARA tahun 2015.
[9] Pemimpin tertinggi Gereja Katolik di Vatikan.
[10] Mahasiswa semester 3 program studi Teologi di STF DRIYARKARA.
[11] Mark, Yantzi. Kekerasan Seksual dan Pemulihan.Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia.2009. hal 29
[12] Lih. Hal. 33
[13] Mark, Yantzi. Kekerasan Seksual dan Pemulihan.Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia.2009. hal 33
                                            
[14] Poerwandri, Kristi.Penguatan Psikologis untuk menanggulangi Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Kekerasan Seksual.Jakarta:Program Kajian Wanita Program Pascasarjana Univeritas Indonesia.2006.Hal. 105

[15] Poerwandri, Kristi.Penguatan Psikologis untuk menanggulangi Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Kekerasan Seksual.Jakarta:Program Kajian Wanita Program Pascasarjana Univeritas Indonesia.2006.Hal.200
[16] Mark, Yantzi. Kekerasan Seksual dan Pemulihan. Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia.2009. Hal 82-



    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia: Membangun Jembatan Kasih Dalam Kesederhanaan di Tengah Keberagaman Bangsa

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan saja merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi contoh tentang bagaimana kesederhanaan dapat menjadi titik penyatuan di tengah keberagaman bangsa. Paus Fransiskus, yang terkenal akan gaya hidupnya yang sederhana dan dekat dengan rakyat, membawa pesan yang sangat tepat bagi masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya dan agama. Kesederhanaan beliau menjadi bukti yang jelas bagaimana hidup dengan rendah hati dapat mengatasi perbedaan dan memperkuat persatuan. Dalam setiap pertemuan dan dialognya dengan berbagai pemimpin agama di dunia, Paus Fransiskus selalu menunjukkan sikap rendah hati dan keterbukaan. Beliau tidak hanya berbicara tentang pentingnya kasih dan persaudaraan, tetapi juga mempraktikkannya dalam setiap langkahnya. Kesederhanaan dalam sikap dan tindakan Paus Fransiskus menjadi cerminan dari pesan Kristiani yang mendalam: bahwa kasih tidak membutuhkan kemewahan atau kekuasaan, melainkan ketulusan hati un

Media Komunikasi Sebagai Karya Kerasulan

Noldianto Marianus Lasterman Dalam perkembangan yang begitu pesat manusia  menciptakan berbagai media komunikasi yang semakin mempermudah orang-orang untuk mengakses segala kebutuhannya. Lalu apakah yang dimaksud dengan “komunikasi”? secara etimologis, komunikasi berasal dari kata Latin communicatio atau communis, yang berarti biasa atau berbagai . Perkembangan media komunikasi ini, gereja ikut serta cara mengaplikasikan media tersebut dalam bentuk pelayanannya. Secara khusus media elektronik yang sangat berkembang saat ini, membuat gereja memfasilitasi berbagai macam media komunikasi dalam pertumbuhan iman umat beriman. Syukur jika sekaligus juga dapat menjadi sarana pewartaan (evangelisasi) yang karena nilai-nilai Kristiani dan kemanusiaan yang dikandungnnya-menjangkau kalangan yang lebih luas lagi.  Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bentuk media komunikasi khususnya elektronik, memiliki dampak positif dan negatif. Gereja perlu mengantisipasi pengaruh perkembangan

Ekaristi

Noldianto Marianus Lasterman “Ekaristi adalah suatu misteri iman, yang sungguh rangkuman dan ringkasa iman kita. iman Gereja pada hakekatnya aalah iman yang ekaristis dan secara istimewa dipupuk pada meja ekaristi. Iman dan sakramen adalah dua segi kehidupan Gerejawi yang saling melengkapi. Dibangkitkan oleh pemakluman Sabda Allah, iman dipupuk dan bertumbuh dalam perjumpaan penuh dengan Tuhan yang bangkit, yang terjadi dalam sakramen: iman diungkapkan dalam ritus, sementara ritus menguatkan dan menguduskan iman”. (Sacramentus Caritatis, No. 6)            Nama lain dari Ekaristi berasal dari kata Yunani untuk “ucapan syukur”. Istilah mengenangkan Perjamuan Malam Terakhir Kristus melalui konsekrasi roti dan anggur. Nama-nama lain untuk Ekaristi adalah perjamuan Tuhan, misa,  dan persekutuan kudus [1] . Sejauh dililhat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan Diri seutuhnya kepada manusia, kita mengetahui bahwa iman atau wahyu merupakan perjumpaan antara Allah dengan