Langsung ke konten utama

Media Komunikasi Sebagai Karya Kerasulan

Noldianto Marianus Lasterman

Dalam perkembangan yang begitu pesat manusia  menciptakan berbagai media komunikasi yang semakin mempermudah orang-orang untuk mengakses segala kebutuhannya. Lalu apakah yang dimaksud dengan “komunikasi”? secara etimologis, komunikasi berasal dari kata Latin communicatio atau communis, yang berarti biasa atau berbagai . Perkembangan media komunikasi ini, gereja ikut serta cara mengaplikasikan media tersebut dalam bentuk pelayanannya. Secara khusus media elektronik yang sangat berkembang saat ini, membuat gereja memfasilitasi berbagai macam media komunikasi dalam pertumbuhan iman umat beriman. Syukur jika sekaligus juga dapat menjadi sarana pewartaan (evangelisasi) yang karena nilai-nilai Kristiani dan kemanusiaan yang dikandungnnya-menjangkau kalangan yang lebih luas lagi. 


Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bentuk media komunikasi khususnya elektronik, memiliki dampak positif dan negatif. Gereja perlu mengantisipasi pengaruh perkembangan media ini agar tidak menjadi dampak yang buruk  bagi pertumbuhan iman jemaat. Barangkali pendapat ini cukup memuaskan, namun masih mengasumsikan bahwa komunikasi hanya sebatas meneruskan sesuatu: mengenai menyampaikan, meneruskan, atau hal ihwal meyangkut “informasi” .Karena sangat disayangkan dengan tujuan yang baik tetapi justru dapat menghancurkan esensi dari eksistensi persekutuan umat beriman itu sendiri.


Ada suatu revolusi yang terbesar di seluruh dunia, yang berhubungan dengan persepsi mengenai nilai-nilai moral dalam tahun-tahun terakhir ini, yang menyebabkan perubahan yang mendalam dalam cara orang-orang bertindak dan berpikir. Media komunikasi telah memainkan peranan yang penting dan tetap akan mempunyai peranan yang penting dalam proses perubahan individu dan sosial, karena Media Komunikasi membawa dan mencerminkan sikap baru dan gaya hidup baru . Kehidupan manusia masih sangat tergantung dengan perkembangan media komunikasi yang digunakan hingga saat ini. Cenderung manusia berusaha untuk menemukan  media komunikasi  yang bertujuan mengatasi berbagai macam permasalahan dalam dirinya.  Kita sebagai umat beriman tentu akan selalu percaya bahwa manusia tidak pernah berhenti memakai media komunkasi  itu menjadi  alat untuk mewartakan injil. 

Muncul adanya kapitalisasi dan modernisasi  yang berkembang, peran media semakin kompleks dan vulgar. Media  tidak lagi ‘hanya” wadah penyampaian informasi untuk berbagai kebiasaan. Kekuatan media ini terbukti mengambil bagian yang  tepat dalam mewartakan Injil. Pelayan gereja tidak hanya melalui ibadah dalam gereja saja, namun gereja dapat menggunakan media internet. Pelayan melalui media internet dapat dilakukan, misalnya gereja perlu mengirimkan bahan-bahan renungan harian, artikel. Melalui handphone kita dapat mengirimkan pesan-pesan Alkitabiah terhadap warga jemaat. Akan tetap tidak menutup kemungkinan bahwa media komuikasi juga bisa dijadikan sebagai tindakan diskriminasi yang menyinggung soal SARA. Dalam hal ini, Media komunikasi bertanggung jawab, sebab seperti dinyatakan oleh Konsili Vatikan kedua, bila memang benar bahwa “Media Komunikasi memberikan bantuan yang berharga bagi umat manusia”, benar juga adanya “bahwa individu-individu dapat menggunakan sarana-sarana Komunikasi dengan cara yang bertentangan dengan perintah-perintah Sang Pemcipta dan dapat mengubahnya menjadi alat-alat kejahatan.


Penginjilan merupakan salah satu tugas gereja yang sangat penting sesuai dengan  amanat Agung Tuhan Yesus dalam injil Matius 28:19-20. Yesus mengajar sebagai orang berkuasa karena sebelum tampil di depan publik, Ia melakukan persiapan. Yesus adalah sang Mahakomunikator. Ia menjadi media untuk mewartakan kabar gembira dengan khotbahnya serta setiap perkataan yang keluar dari mulutnya. Jadi dalam konteks yang sekarang ini  ada beberapa hal yang dapat dilihat sebagai  kontribusi  pelayanan yang dapat dilakukan  melalui media elektronika, misalnya seperti TV dan Radio. Di dalam perspektif Kristen, era informasi dan teknologi merupakan peluang untuk mewujudkan secara lebih gamblang mengenai berita keselamatan yang dinyatakannya dalam Yesus Kristus. Di satu pihak Allah menghendaki manusia hidup sejahtera agar manusia dikaruniai akal budi, sehingga manusia dapat mengembangkan kehidupannya. Maka, kemajuan teknologi adalah potensi yang terbuka untuk dikembangkan bagi kepentingan pelayanan pastoral.


Kehidupan manusia pada era digital ini, gereja harus secara proaktif (inisiatif) dalam tugas dan pelayanannya. Misalnya, melakukan program pelayanan yang disesuaikan dengan informatika tanpa menghilangkan tradisi dalam berkomunikasi. Gereja juga harus sudah bisa menggunakan alat-alat informatika dan mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan sebagai bentuk kegiatan pastoral.


Setiap informasi harus dapat dipahami sebagai bahasa untuk petunjuk perencanaan dan pelayanan. Dengan demikian, kemajuan teknologi informatika tidak hanya berpengaruh terhadap dunia, termasuk gereja dan orang-orang Kristen. Gereja perlu mempertahankan nilai ataupun norma yang baik yang diperoleh dari informatika dan mengkomunikasikannya ke dalam kehidupan bergereja. Disisi lain, perkembangan teknologi informatika ada yang bersifat destruktif (merusak) terhadap pelayanan dan kehadiran gereja. Disisi lain, perkembangan teknologi informatika dapat menjadi  peluang untuk mengembangkan suatu pelayanan gereja. Melalui teknologi informatika, kelemahan-kelemahan dalam pelayanan dan hambatan untuk meningkatkan efektivitas dan peningkatan pelayanan dapat teratasi. Salah satu hal positif dari perkembangan informatika adalah munculnya rasa tanggung jawab secara individual dan sikap peduli terhadap sesama. Setiap pribadi mempunyai peran yang dibutuhkan gereja. Gereja menjadi tempat terbuka bagi siapa saja baik secara pribadi maupun keluarga, untuk berbagi dan melayani sesuai dengan talenta yang dimilikinya masing-masing. Oleh karena itu, media Gereja perlu dikelola dengan baik agar mencapai hasil yang berdampak positif dengan kemauan dan semangat yang kita miliki.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia: Membangun Jembatan Kasih Dalam Kesederhanaan di Tengah Keberagaman Bangsa

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan saja merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi contoh tentang bagaimana kesederhanaan dapat menjadi titik penyatuan di tengah keberagaman bangsa. Paus Fransiskus, yang terkenal akan gaya hidupnya yang sederhana dan dekat dengan rakyat, membawa pesan yang sangat tepat bagi masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya dan agama. Kesederhanaan beliau menjadi bukti yang jelas bagaimana hidup dengan rendah hati dapat mengatasi perbedaan dan memperkuat persatuan. Dalam setiap pertemuan dan dialognya dengan berbagai pemimpin agama di dunia, Paus Fransiskus selalu menunjukkan sikap rendah hati dan keterbukaan. Beliau tidak hanya berbicara tentang pentingnya kasih dan persaudaraan, tetapi juga mempraktikkannya dalam setiap langkahnya. Kesederhanaan dalam sikap dan tindakan Paus Fransiskus menjadi cerminan dari pesan Kristiani yang mendalam: bahwa kasih tidak membutuhkan kemewahan atau kekuasaan, melainkan ketulusan hati un

Ekaristi

Noldianto Marianus Lasterman “Ekaristi adalah suatu misteri iman, yang sungguh rangkuman dan ringkasa iman kita. iman Gereja pada hakekatnya aalah iman yang ekaristis dan secara istimewa dipupuk pada meja ekaristi. Iman dan sakramen adalah dua segi kehidupan Gerejawi yang saling melengkapi. Dibangkitkan oleh pemakluman Sabda Allah, iman dipupuk dan bertumbuh dalam perjumpaan penuh dengan Tuhan yang bangkit, yang terjadi dalam sakramen: iman diungkapkan dalam ritus, sementara ritus menguatkan dan menguduskan iman”. (Sacramentus Caritatis, No. 6)            Nama lain dari Ekaristi berasal dari kata Yunani untuk “ucapan syukur”. Istilah mengenangkan Perjamuan Malam Terakhir Kristus melalui konsekrasi roti dan anggur. Nama-nama lain untuk Ekaristi adalah perjamuan Tuhan, misa,  dan persekutuan kudus [1] . Sejauh dililhat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan Diri seutuhnya kepada manusia, kita mengetahui bahwa iman atau wahyu merupakan perjumpaan antara Allah dengan