Langsung ke konten utama

KESEDERHANAAN NATAL DI MASA PANDEMI

 



Noldianto Marianus Lasterman

Kesederhanaan dalam Kelahiran Sang Juruselamat yang seperti demikian seharusnya menyadarkan kita, betapa masih seringnya kita mengukur orang lain dan diri sendiri dengan ukuran dunia, yakni pengetahuan dan materi dalam pekerjaan serta pelayanan yang dimiliki. Kita mengejar itu semua dan mengabaikan apa yang seharusnya kita lakukan sebagai anak-anak-Nya. Fokus kedatangan Mesias adalah mencari yang terhilang, sehingga Dia tidak menekankan kehadiran-Nya dalam kemewahan dan status-Nya sebagai Raja yang disanjung. Apa yang kemudian dikerjakanNya, yaitu menceritakan tentang kerajaan Allah dan keselamatan di dalam Dia, itulah yang terutama dari yang utama dalam peristiwa kelahiran Yesus Kristus.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa peristiwa Natal merupakan sejarah yang diukir Allah untuk dikenang sebagai peristiwa besar atas keselamatan umat manusia. Kota kecil Betlehem, di Yehuda, menjadi wilayah yang ditetapkan Allah sebagai tempat dimana sang Mesias lahir. Dalam injil Lukas mencatat, bahwa dalam persiapan kelahiran-Nya, tempat yang layak seperti rumah ataupun penginapan benar-benar tidak ada, sehingga tempat ternak lah yang menjadi satu-satunya pilihan untuk persalinan Maria dalam peristiwa kelahiran Yesus Kristus.

Misi Allah melalui Yesus adalah keselamatan umat manusia, dan nubuatan serta penggenapan kelahiran-Nya tidak dalam keadaan yang mewah seperti pandangan dunia. Kedatangan Allah yang berinkarnasi dalam Yesus tidak diketahui oleh siapapun selain kaum kecil, yakni para gembala (Lukas 2:8-20). Dan, di dalam ketidaklayakan persalinan Maria, para gembala bersukacita menjumpai Sang Mesias yang dibungkus dengan lampin dan terbaring nyenyak di palungan. Mereka memuji Allah karena telah melihat kesukaan besar lahirnya Kristus. Mereka tidak lagi mempedulikan bagaimana dan di mana Kristus itu lahir, sebab mereka menyaksikan, bahwa keselamatan umat manusia sudah dimulai, berawal dari tempat yang kecil dan hina untuk membawa mereka yang percaya kepada Dia ke tempat yang kekal dan mulia.

Moment kebahagiaan kita sebagai umat Kristiani dalam merayakan Natal di tengah pandemi merupakan situasi yang baru tanpa mengurangi hikmat suasana sukacita dalam perayaan Natal karena antusias dan kerinduan umat Kristiani dalam menyambut masa Natal dengan sukacita meskipun di situasi yang memperihatinkan ini. Pesan natal yang luar biasa dari seorang imam Keuskupan Agung Makassar yakni Pastor Refly mengajak kita bahwa keutamaan dari pesan natal tahun ini adalah Kurban, Ketulusan, Kebahagiaan dan Kemuliaan ditengah kesederhanaan peristiwa kelahiran sang Juruselamat. Kesederhanaan peristiwa kelahiran Mesias sangatlah berhubungan dengan situasi yang kita hadapi saat ini bahwa covid-19 bukanlah sebuah ancaman terbesar bagi kita sebagai umat beriman melainkan menjadikan sebagai pengalaman iman yang mengajarkan akan kesederhanaan kelahiran Yesus Kristus. Dalam situasi pandemi di masa natal ini ada banyak hal yang mungkin sebagian dari kita sementara merasakan antara lain, tidak dapat berkumpul bersama keluarga besar, tidak membeli baju natal, tidak dapat melaksanakan misa natal bersama-sama, bahkan tidak dapat menerima komuni kudus yang biasanya kita terima sebagai kerinduan kita kepada Yesus Kristus. Berbagai macam polemik akan situasi pandemi yang kita alami saat ini bukanlah sebuah hambatan ataupun tantangan iman kita melainkan sebagai sebuah pengalaman iman yang selalu menyadarkan kita bahwa perayaan Natal bisa kita rayakan dalam sikap berkurban, ketulusan, kebahagiaan dan kemuliaan bagi banyak orang.

Dengan demikian, pelayanan terhadap Tuhan dan orang-orang di sekitar kita yang sedang kita kerjakan bersama adalah salah satu wadah atau acuan bagi kita untuk menghadirkan kerajaan Allah, menceritakan tentang injil Yesus Kristus dan kebenaran-Nya kepada dunia, sampai akhirnya kita dapat melihat pekerjaan Roh Kudus yang memberi harapan kepada orang-orang yang kita layani. Dikenal ataupun tidak bukanlah masalah. Sekalipun karena panggilan ini kita menekan kerinduan dan hasrat pribadi, sehingga kasih natal di dunia bagi mereka dikucilkan oleh keluarga, lingkungan sekolah, komunitas, ataupun pekerjaan dan teman-teman, bahkan dari segi kepemilikan materi kita termasuk orang yang  tidak berada biarlah pandangan kita tertuju dan memandang kepada Kristus. Dia telah menunjukkan keteladanan kesederhanaan, terabaikan dan tidak dipandang dalam kelahiran-Nya. Namun, karena Dia lah, dunia yang terhilang dibawa kembali kepada Allah. Sekali lagi Yesus mengajarkan, bahwa yang terutama bukanlah siapa atau apa yang kita miliki dan bagaimana kita dikenal, melainkan bagaimana kehadiran kita menyentuh hati banyak orang, membawa banyak orang berpaling dari kegelapan kepada terang-Nya yang kekal melalui kurban, ketulusan, kebahagiaan dan kemuliaan Tuhan. Selamat Natal untuk kita semual…Tuhan Yesus Memberkati.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia: Membangun Jembatan Kasih Dalam Kesederhanaan di Tengah Keberagaman Bangsa

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan saja merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi contoh tentang bagaimana kesederhanaan dapat menjadi titik penyatuan di tengah keberagaman bangsa. Paus Fransiskus, yang terkenal akan gaya hidupnya yang sederhana dan dekat dengan rakyat, membawa pesan yang sangat tepat bagi masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya dan agama. Kesederhanaan beliau menjadi bukti yang jelas bagaimana hidup dengan rendah hati dapat mengatasi perbedaan dan memperkuat persatuan. Dalam setiap pertemuan dan dialognya dengan berbagai pemimpin agama di dunia, Paus Fransiskus selalu menunjukkan sikap rendah hati dan keterbukaan. Beliau tidak hanya berbicara tentang pentingnya kasih dan persaudaraan, tetapi juga mempraktikkannya dalam setiap langkahnya. Kesederhanaan dalam sikap dan tindakan Paus Fransiskus menjadi cerminan dari pesan Kristiani yang mendalam: bahwa kasih tidak membutuhkan kemewahan atau kekuasaan, melainkan ketulusan hati un

Media Komunikasi Sebagai Karya Kerasulan

Noldianto Marianus Lasterman Dalam perkembangan yang begitu pesat manusia  menciptakan berbagai media komunikasi yang semakin mempermudah orang-orang untuk mengakses segala kebutuhannya. Lalu apakah yang dimaksud dengan “komunikasi”? secara etimologis, komunikasi berasal dari kata Latin communicatio atau communis, yang berarti biasa atau berbagai . Perkembangan media komunikasi ini, gereja ikut serta cara mengaplikasikan media tersebut dalam bentuk pelayanannya. Secara khusus media elektronik yang sangat berkembang saat ini, membuat gereja memfasilitasi berbagai macam media komunikasi dalam pertumbuhan iman umat beriman. Syukur jika sekaligus juga dapat menjadi sarana pewartaan (evangelisasi) yang karena nilai-nilai Kristiani dan kemanusiaan yang dikandungnnya-menjangkau kalangan yang lebih luas lagi.  Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bentuk media komunikasi khususnya elektronik, memiliki dampak positif dan negatif. Gereja perlu mengantisipasi pengaruh perkembangan

Ekaristi

Noldianto Marianus Lasterman “Ekaristi adalah suatu misteri iman, yang sungguh rangkuman dan ringkasa iman kita. iman Gereja pada hakekatnya aalah iman yang ekaristis dan secara istimewa dipupuk pada meja ekaristi. Iman dan sakramen adalah dua segi kehidupan Gerejawi yang saling melengkapi. Dibangkitkan oleh pemakluman Sabda Allah, iman dipupuk dan bertumbuh dalam perjumpaan penuh dengan Tuhan yang bangkit, yang terjadi dalam sakramen: iman diungkapkan dalam ritus, sementara ritus menguatkan dan menguduskan iman”. (Sacramentus Caritatis, No. 6)            Nama lain dari Ekaristi berasal dari kata Yunani untuk “ucapan syukur”. Istilah mengenangkan Perjamuan Malam Terakhir Kristus melalui konsekrasi roti dan anggur. Nama-nama lain untuk Ekaristi adalah perjamuan Tuhan, misa,  dan persekutuan kudus [1] . Sejauh dililhat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan Diri seutuhnya kepada manusia, kita mengetahui bahwa iman atau wahyu merupakan perjumpaan antara Allah dengan