(Noldianto Marianus Lasterman: Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara)
Kemajuan pola pikir manusia yang semakin pesat dengan begitu banyak talenta yang dimiliki membuat manusia mampu untuk melakukan berbagai macam hal yang bisa memberi manfaat baik bagi orang lain maupun diri sendiri. Pandangan ini menjadi bukti bahwa manusia merupakan mahluk ciptaan yang paling tinggi dibandingkan ciptaan lainnya karena memiliki otak untuk berpikir dan perasaan untuk menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Hakikat manusia untuk berpikir dan bertindak adalah salah satu cara untuk membedakan diantara semua ciptaan lainnya. Manusia memiliki sebuah interpretasi yang selalu mencari tahu akan ketidaktahuannya terhadapa dunia(kosmos) yang memiliki banyak pertanyaan yang mesti dijawab dan dipahami secara rasio maupun logika. Sebagai bentuk untuk memahami akan dunia yang terus berkembang pesat saya menawarkan bahwa tafsir terhadap dunia tidak mudah dilakukan secara individu melainkan bersama-sama dengan yang lain melalui persahabatan. Persahabatan yang dimaksud di sini adalah persahabatan segitiga menurut Plato artinya kebaikan dijadikan sebagai jembatan atau relasi diantara subjek dan objek yang saling berseberangan. Kebaikan (yang tertinggi) merupakan wujud eksistensi dari manusia dimana saling menghormati dan mencintai. Hakikat manusia untuk menghormati dan mencintai merupakan hal yang pantas dan tak terbantahkan karena sikap saling menunjukan akan sesama pengada yang satu dengan yang lainnya.
Persahabatan juga dapat menunjukan sikap kebebasan bagi manusia. Kebebasan tidak pernah lepas dari eksistensi manusia. Kebebasan juga dapat menghantar manusia untuk bersikap lebih normatif melalui jalan persahabatan. Dalam contoh kasus: Ahmad dan Iwan sudah berteman dari kecil sehingga suka duka pun telah mereka lalui sampai mereka berdua menjadi orang sukses di perusahaan yang sama dan mendapatkan upah yang sama juga berkat ketekunan dan kekompakan mereka. Pada akhirnya Ahmad dan Iwan telah memilih jalannya masing- masing karena menikah dengan pasangan yang mereka dambakan sehingga, persahabatan yang telah mereka jalani berbeda dari yang sebelumnya karena waktu berkumpul mereka telah dibatasi akibat keduanya telah membina keluarganya masing-masing. Apakah persahabatan Ahmad dan Iwan bisa dikatakan tidak bebas lagi? kebebasan dari kasus ini dapat ditelusuri melalui dua macam kebebasan yakni kebebasan eksistensi dan kebebasan sosial. Kebebasan eksistensi yang dilakukan oleh Ahmad dan Iwan dapat dilihat melalui pekerjaan yang mereka jabati sehingga melalui ketekunan dan kekompakan mereka telah mengubah hidup mereka menjadi sukses. Salah satu bukti dari eksistensi mereka melalui usaha yang telah mereka capai bersama membuat kehidupan Ahmad dan Iwan bisa disebut sebagai viri probati (pria sejati). Kebebasan sosial dalam arti kebebasan yang normative karena Ahmad dan Iwan telah memilih jalannya masing-masing untuk hidup berkeluarga dan membina norma-norma yang berlaku dalam keluarga dan masyarakat.
Model dari kasus di atas ialah cinta. Secara ideal, cinta yang sempurna dalam persahabatan merupakan cinta yang tergantung satu dengan yang lain diandaikan mereka tidak dapat hidup tanpa yang lain. Melalui persahabatan juga kita bisa memperkuat identitas kita sebagai manusia untuk mengembangkan diri dan menyumbangkan sesuatu kepada orang lain. Cinta terhadap sahabat tidak membuat manusia hidup secara pasif melainkan menambah wawasan-wawasan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Kita juga tidak perlu khawatir kehilangan kebebasan melainkan membuat hidup kita mengalami otonomi yang bersedia bertanggunjawab (Jean Paul Sartre).
Menurut Platon, orang bersahabat karena adanya hasrat/kekurangan akan sesuatu. Sebagai hasrat, kata Eros mewakili tiga jenis rasa kurang yang ada pada manusia seturut bagian-bagian jiwa: epithumia, thumos, dan logistik[1]. Bagian-bagian jiwa dalam diri manusia membuat persahabatan muncul karena adanya rasa kurang pada kebaikan sehingga kebaikan menjadi tolak ukur dalam persahabatan. Kebaikan merupakan wujud dari eksistensi manusia melalui persahabatan. Oleh karena itu, perhabatan dimaknai sebagai bukti dari eksistensi akan adanya kebaikan dalam mempertahankan identitas diri sebagai ciptaan yang ber-ambisi dan ber-kuasa untuk semua manusia. Dengan demikian, saya mau mengajak kita semua untuk berefleksi bahwa eksistensi dari persabatan tidak pernah terlepas dari kebaikan karena kebaikanlah yang tertinggi dalam membangun relasi ataupun hubungan komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Sekian dan Terima Kasih.
Komentar
Posting Komentar