Langsung ke konten utama

KEBHINNEKAAN DALAM KEAGAMAAN

 

Noldianto Marianus Lasterman

Istilah Bhinneka Tunggal Ika berasal dari frasa Bahasa Jawa kuno, Kakawin Sutasoma. Jadi, secara harafiah, pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah “beranekaragam itu satu” atau “berbeda-beda tetapi tetap satu juga”. Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan yang memiliki nilai-nilai luhur kebangsaan sebagai inti dari keanekaragaman di Indonesia. Berbeda-beda tetapi tetap satu menjadikan sebagai fondasi terkuat untuk mempererat persaudaraan dalam kehidupan berbangsa. Keanekaragaman memiliki tujuan yakni untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lain terlebih khusus dalam keagamaan meskipun setiap agama memiliki hukum tradisi, ajaran, dan Kitab Suci yang berbeda tetapi tetap satu atau sama dihadapan Allah.

Etimologi agama berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu a berarti tidak dan gama berarti kacau, jadi agama berarti tidak kacau atau teratur. Dengan kata lain, agama berarti sebuah aturan yang mengatur perilaku, budi pekerti, dan kemanusiaan dalam setiap diri manusia untuk saling memahami satu sama lain. Perlu kita ketahui secara bersama bahwa agama bukan hanya sekedar aturan tetapi tempat untuk menemukan asas kebaikan yang bisa kita peroleh dari Allah dan sesama.

Adapun perilaku manusia secara sosiologis dipengaruhi oleh nilai-nilai keagamaan yang mempunyai tujuan untuk mengatur dan mengendalikan perilaku serta menciptakan hubungan yang harmonis dengan Allah maupun manusia, diri sendiri dan realitas lainnya. Sama halnya nilai-nilai yang terdapat dalam bhinneka bahwa keberagaman bertujuan untuk menciptakan kesatuan yang tidak hanya dilihat dari kebudayaan tetapi seluruh aspek yang ada terutama dalam aspek keagamaan.

Dalam kehidupan individu agama dan kebhinnekaan tidak terlepas dari masalah norma-norma tertentu yang menjadi acuan dalam berperilaku dan bertindak agar agama dan bhinneka dapat sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Seseorang terdorong untuk melakukan kehendak yang baik dalam bentuk pikiran, tenaga, dan materi sebagai motivasi untuk diri sendiri terhadap sesama. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat multicultural yang memiliki berbagai macam ras, agama,etnis, bangsa, dan budaya. Dalam kebhinnekaan, masyarakat Indonesia harus menjalankan kemajemukan serta adanya tanggung jawab agama dalam membantu negara Indonesia untuk mencapai Bhinneka Tunggal Ika karena agama sebagai penunjang kehidupan spiritual masyarakat dan bhinneka sebagai penunjang pedoman bermasyarakat terlebih khusus dalam abad ke-21.

Oleh sebab itu, fakta dalam kemajemukan negara Indonesia sangatlah penting untuk menyatukan keragaman yang ada tanpa melupakan aspek keagamaan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Jadi, kesadaran keagamaan dan kebhinnekaan sangat dibutuhkan masyarakat untuk mencapai kedamaian antara keragaman di Indonesia.

Semoga Indonesia semakin meneladani Bhinneka Tunggal Ika dan menjadikan keagamaan sebagai penunjang untuk semakin meningkatkan kedamaian di antara masyakarat.   


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia: Membangun Jembatan Kasih Dalam Kesederhanaan di Tengah Keberagaman Bangsa

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan saja merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi contoh tentang bagaimana kesederhanaan dapat menjadi titik penyatuan di tengah keberagaman bangsa. Paus Fransiskus, yang terkenal akan gaya hidupnya yang sederhana dan dekat dengan rakyat, membawa pesan yang sangat tepat bagi masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya dan agama. Kesederhanaan beliau menjadi bukti yang jelas bagaimana hidup dengan rendah hati dapat mengatasi perbedaan dan memperkuat persatuan. Dalam setiap pertemuan dan dialognya dengan berbagai pemimpin agama di dunia, Paus Fransiskus selalu menunjukkan sikap rendah hati dan keterbukaan. Beliau tidak hanya berbicara tentang pentingnya kasih dan persaudaraan, tetapi juga mempraktikkannya dalam setiap langkahnya. Kesederhanaan dalam sikap dan tindakan Paus Fransiskus menjadi cerminan dari pesan Kristiani yang mendalam: bahwa kasih tidak membutuhkan kemewahan atau kekuasaan, melainkan ketulusan hati un

Media Komunikasi Sebagai Karya Kerasulan

Noldianto Marianus Lasterman Dalam perkembangan yang begitu pesat manusia  menciptakan berbagai media komunikasi yang semakin mempermudah orang-orang untuk mengakses segala kebutuhannya. Lalu apakah yang dimaksud dengan “komunikasi”? secara etimologis, komunikasi berasal dari kata Latin communicatio atau communis, yang berarti biasa atau berbagai . Perkembangan media komunikasi ini, gereja ikut serta cara mengaplikasikan media tersebut dalam bentuk pelayanannya. Secara khusus media elektronik yang sangat berkembang saat ini, membuat gereja memfasilitasi berbagai macam media komunikasi dalam pertumbuhan iman umat beriman. Syukur jika sekaligus juga dapat menjadi sarana pewartaan (evangelisasi) yang karena nilai-nilai Kristiani dan kemanusiaan yang dikandungnnya-menjangkau kalangan yang lebih luas lagi.  Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bentuk media komunikasi khususnya elektronik, memiliki dampak positif dan negatif. Gereja perlu mengantisipasi pengaruh perkembangan

Ekaristi

Noldianto Marianus Lasterman “Ekaristi adalah suatu misteri iman, yang sungguh rangkuman dan ringkasa iman kita. iman Gereja pada hakekatnya aalah iman yang ekaristis dan secara istimewa dipupuk pada meja ekaristi. Iman dan sakramen adalah dua segi kehidupan Gerejawi yang saling melengkapi. Dibangkitkan oleh pemakluman Sabda Allah, iman dipupuk dan bertumbuh dalam perjumpaan penuh dengan Tuhan yang bangkit, yang terjadi dalam sakramen: iman diungkapkan dalam ritus, sementara ritus menguatkan dan menguduskan iman”. (Sacramentus Caritatis, No. 6)            Nama lain dari Ekaristi berasal dari kata Yunani untuk “ucapan syukur”. Istilah mengenangkan Perjamuan Malam Terakhir Kristus melalui konsekrasi roti dan anggur. Nama-nama lain untuk Ekaristi adalah perjamuan Tuhan, misa,  dan persekutuan kudus [1] . Sejauh dililhat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan Diri seutuhnya kepada manusia, kita mengetahui bahwa iman atau wahyu merupakan perjumpaan antara Allah dengan