Langsung ke konten utama

Pembelajaran Jarak Jauh Atau Polemik Jarak Jauh?

 

 

 Noldianto Marianus Lasterman

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan sarana pembelajaran yang dilakukan secara virtual atau online oleh para pendidik dan juga para pelajar. PJJ dijadikan sebagai sarana pembelajaran secara darurat yang telah diterapkan oleh pemerintah Indonesia sejak bangsa ini diterpa pandemi COVID-19 dan menjadi salah satu upaya agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan seperti biasanya. PJJ sudah ditetapkan oleh pemerintah sejak bulan maret hingga saat ini. Banyak dari kita mulai kesulitan tentang PJJ ini yang dinilai oleh pemerintah sebagai langkah utama untuk meminimalisir korban dari pandemi COVID-19 dan para pelajar masih tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di tengah situasi yang sangat memprihatinkan. Secara umum, ini merupakan salah satu solusi yang baik dari pemerintah. Akan tetapi, sarana untuk melengkapi sistem Pembelajaran Jarak Jauh menjadi sangat rumit dan menjadi keluhan bagi para pengajar, orang tua, dan para pelajar karena, sebagian besar dari ratusan juta warga negara Indonesia masih  memiliki kehidupan ekonomi menengah ke bawah dibandingkan dengan kehidupan yang memiliki kelas ekonomi menengah ke atas. Banyak keluhan dari para orang tua murid selama kurang lebih 6 bulan PJJ berlangsung karena, membutuhkan biaya yang terbilang sangat besar mulai dari handphone, kuota, dan membutuhkan lebih banyak waktu serta tenaga selama proses PJJ di rumah untuk mendampingi anak-anaknya. Tentunya, ini salah satu PR yang besar bagi menteri pendidikan dan pemerintah Indonesia serta jajaran pendidikan lainnya untuk mencari solusi yang lebih tepat dan jitu untuk mengatasi segala keluhan dari para orang tua murid dan pelajar di tengah kesulitan seperti ini. Toh, yang menjadi pertanyaan besar bagi saya secara pribadi dan mungkin juga untuk para tenaga pengajar dan orang tua murid; “Bagaimana upaya atau solusi yang harus dilakukan oleh menteri pendidikan dalam mengatasi situasi ekonomi  bagi para pelajar tidak mampu di Indonesia?”.

Indonesia saat ini tengah diterpa cobaan yang begitu berat akibat dampak dari virus corona yakni kehidupan perekonomian di Indonesia sedang mengalami pasang surut yang tak berkesudahan. Secara ekonomi, Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami penurunan ekonomi secara signifikan dan tentunya banyak dampak yang telah terjadi di negara ini misalnya PHK, banyak anak yang putus sekolah dan tingkat pengangguran semakin meningkat akibat COVID-19. Salah satu dampak yang bisa kita jadikan pokok pembahasan ini ialah banyak anak yang putus sekolah. Perlu kita ketahui, angka anak yang putus sekolah dalam tahun ajaran ini berjumlah 4,5 juta dan bisa saja meningkat akibat situasi pandemi saat ini. Dampak dari anak-anak yang putus sekolah dikarenakan kehidupan ekonomi yang sangat memprihatinkan serta bantuan pemerintah yang diberikan mungkin tidak sepenuhnya menyeluruh kepada anak-anak yang kurang mampu seperti dana BOS atau bantuan lainnya. Hal ini yang menjadi sebuah keprihatinan bagi saya secara pribadi bahwa masih banyak orang tidak bertanggung jawab (serakah) yang memanfaatkan keuntungan dalam situasi seperti ini untuk kalangan pribadi tertentu. Para pembaca yang budiman, mungkin kita semua sudah menonton di TV, surat kabar atau media lainnya menginformasikan banyak masalah tentang dunia pendidikan di Indonesia. Misalnya; seorang anak rela putus sekolah untuk membantu ayahnya menjadi sopir angkutan umum, dua pria SMA nekat merampok karena tidak ada biaya untuk sekolah, seorang ayah rela mencuri handphone untuk anaknya agar bisa belajar online dan masih banyak lagi. Dari sebab itu, Pembelajaran Jarak Jauh yang kita kenal telah berubah menjadi Polemik Jarak Jauh yang tidak hanya untuk orang tua murid melainkan para pelajar di seluruh Indonesia.

Menteri Pendidikan harus meninjau lebih jauh lagi tentang situasi yang harus dihadapi dimana bukan hanya COVID-19 melainkan menyelamatkan nasib para calon penerus generasi bangsa Indonesia. Jangan sampai kita terus terlarut akan situasi pandemi tetapi, melupakan anak-anak bangsa yang masih memiliki semangat belajar dalam situasi ini. Esensi dari masa depan bangsa Indonesia tidak pernah lepas dari para generasi muda saat ini. Oleh karena itu, mohon esensi dari bangsa ini tetap di prioritaskan oleh menteri pendidikan guna anak-anak kita masih memiliki harapan dan impian untuk menjadi apa yang ingin mereka capai kedepannya. Saya dan kita semua pasti memiliki harapan yang besar bagi anak-anak Indonesia lainnya yang masih berjuang untuk bersekolah meskipun situasi seperti ini. Dan tidak lupa juga, alokasi mengenai dana BOS untuk para pelajar di seluruh Indonesia harus tetap dipantau dan diperhatikan secara baik di masing-masing provinsi.

Dengan demikian, kita sebagai orang tua murid juga harus mengetahui dan menanggapi secara cermat akan situasi pendidikan di Indonesia saat ini. Orang tua memiliki tanggung jawab yang terbilang cukup besar juga untuk mengawasi dan mandimpingi anak-anaknya selama belajar online di rumah. Ini semua menjadi tugas besar kita antara pemerintah, tenaga pengajar dan orang tua murid untuk bekerja sama demi kelancaran dan kepentingan proses pembentukan karakter anak-anak bangsa Indonesia tetap terus bertahan sehingga menjadi lebih cerdas dan ber-akhlak tinggi meskipun dalam situasi seperti ini. Semoga masalah pendidikan di Indonesia akibat pandemi ini cepat berakhir. Terima kasih para pembaca yang budiman telah menyempatkan diri untuk sama-sama merenungkan situasi yang tengah kita hadapi ini. Tuhan selalu bersama kita semua.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia: Membangun Jembatan Kasih Dalam Kesederhanaan di Tengah Keberagaman Bangsa

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan saja merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi contoh tentang bagaimana kesederhanaan dapat menjadi titik penyatuan di tengah keberagaman bangsa. Paus Fransiskus, yang terkenal akan gaya hidupnya yang sederhana dan dekat dengan rakyat, membawa pesan yang sangat tepat bagi masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya dan agama. Kesederhanaan beliau menjadi bukti yang jelas bagaimana hidup dengan rendah hati dapat mengatasi perbedaan dan memperkuat persatuan. Dalam setiap pertemuan dan dialognya dengan berbagai pemimpin agama di dunia, Paus Fransiskus selalu menunjukkan sikap rendah hati dan keterbukaan. Beliau tidak hanya berbicara tentang pentingnya kasih dan persaudaraan, tetapi juga mempraktikkannya dalam setiap langkahnya. Kesederhanaan dalam sikap dan tindakan Paus Fransiskus menjadi cerminan dari pesan Kristiani yang mendalam: bahwa kasih tidak membutuhkan kemewahan atau kekuasaan, melainkan ketulusan hati un

Media Komunikasi Sebagai Karya Kerasulan

Noldianto Marianus Lasterman Dalam perkembangan yang begitu pesat manusia  menciptakan berbagai media komunikasi yang semakin mempermudah orang-orang untuk mengakses segala kebutuhannya. Lalu apakah yang dimaksud dengan “komunikasi”? secara etimologis, komunikasi berasal dari kata Latin communicatio atau communis, yang berarti biasa atau berbagai . Perkembangan media komunikasi ini, gereja ikut serta cara mengaplikasikan media tersebut dalam bentuk pelayanannya. Secara khusus media elektronik yang sangat berkembang saat ini, membuat gereja memfasilitasi berbagai macam media komunikasi dalam pertumbuhan iman umat beriman. Syukur jika sekaligus juga dapat menjadi sarana pewartaan (evangelisasi) yang karena nilai-nilai Kristiani dan kemanusiaan yang dikandungnnya-menjangkau kalangan yang lebih luas lagi.  Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bentuk media komunikasi khususnya elektronik, memiliki dampak positif dan negatif. Gereja perlu mengantisipasi pengaruh perkembangan

Ekaristi

Noldianto Marianus Lasterman “Ekaristi adalah suatu misteri iman, yang sungguh rangkuman dan ringkasa iman kita. iman Gereja pada hakekatnya aalah iman yang ekaristis dan secara istimewa dipupuk pada meja ekaristi. Iman dan sakramen adalah dua segi kehidupan Gerejawi yang saling melengkapi. Dibangkitkan oleh pemakluman Sabda Allah, iman dipupuk dan bertumbuh dalam perjumpaan penuh dengan Tuhan yang bangkit, yang terjadi dalam sakramen: iman diungkapkan dalam ritus, sementara ritus menguatkan dan menguduskan iman”. (Sacramentus Caritatis, No. 6)            Nama lain dari Ekaristi berasal dari kata Yunani untuk “ucapan syukur”. Istilah mengenangkan Perjamuan Malam Terakhir Kristus melalui konsekrasi roti dan anggur. Nama-nama lain untuk Ekaristi adalah perjamuan Tuhan, misa,  dan persekutuan kudus [1] . Sejauh dililhat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan Diri seutuhnya kepada manusia, kita mengetahui bahwa iman atau wahyu merupakan perjumpaan antara Allah dengan