Langsung ke konten utama

Postingan

Fungsi Ruang Publik Dalam Demokrasi (Jurgen Habermas)

Noldianto Marianus Lasterman Dalam teori politik dewasa sekarang ini, demokrasi tidak mau dimengerti secara minimalis dalam pemilihan umum melainkan harus kita lihat sebagai proses-proses demokratis. Sistem demokrasi pada ruang publik awalnya lebih dikuasai oleh para pemilik modal ekonomi maupun politik untuk mencapai kepentingan sendiri. Menurut Habermas, pluralitas yang banyak dipahami masyarakat sebagai sumber perpecahan justru berfungsi sebagai kontribusi dalam proses pembentukan opini dan aspirasi publik. Artinya ruang publik dapat diakses bagi siapa saja dan bukan hanya para politis melainkan masyarakat karena ruang publik digambarkan sebagai jaringan komunikasi informasi dan pandangan yang bersifat opini untuk mengekspresikan sikap positif dan negatif. Dari sudut pandang demokrasi, ruang publik harus memiliki keyakinan dan menawarkan solusi-solusi untuk mengatasi masalah dengan suatu cara sehingga bisa didengar dan terhubung dengan pemerintah. Ruang publik harus bersifat netral

Hikmah Kehidupan

Noldianto Marianus Lasterman Pencarian pengetahuan untuk suatu kebenaran merupakan suatu hal yang mutlak dan tak dapat terhindarkan. Kebenaran yang murni harus dituntut dengan usaha dan kerja keras yang terus-menerus untuk memperoleh yang hendak dicapai dalam dunia era-modern ini. Orang yang sadar akan hal itu tentu terus membuka pandangannya terhadap segala hal yang berada dalam dunia eksistensi ini sambil terus-menerus memahami akan makna dari nilai kehidupan yang saat ini kita miliki baik di saat bangun maupun tertidur. Cenderung dalam pikiran manusia sering muncul berbagai pertanyaan yang dia hadapai serta mencari solusi yang tepat dari pertanyaan akan eksistensi kehidupan yang dia alami. Berbicara mengenai kehidupan, saya ingin mengajak pembaca untuk melihat kembali pada diri sendiri mengenai pertanyaan yang sering muncul dalam kehidupan kita. Menurut saya, pertanyaan yang sering muncul dan ada kaitannya dengan kehidupan adalah “Bersyukur”. Mengapa? Satu kata tapi beribu mak

SILSILA KELUARGA NDOSO

JOU JOU x JAI (Wotol)   1. JAHAT (KEL. BANGGANG) 2. HENDANG (IBUNYA NGGERANG) 3. JAHIT 4. RU’AP. JAHIT X  PAHIT=JAHIP:ANAKNYA ADA 4 ORANG YAITU SET (RAJA), HET (DANGKA NDOSO), NEKET (WANING), NGGER (PATENG). HET MEMPUNYAI ANAK PEDULI, ANAKNYA PEDULI X TEHUMIT, ANAK DI TEHUMIT ELOR (DERU), dan GEK (DANGKA NDOSO), BELULU (TEHONG). GEK ANKNYA ADA 2 ORANG YAITU NAI, DAN MAL (RAWUK). NAI MEMPUNYAI ANAK KAKA. ➢ KAKA X LINTEP (GELARANG MAWU) ANAKNYA AKIT, ANAKNYA AKIT HI SAING, ANAK DI SAING SALIH, MALIH, MAKANG, NGATU, DAN MASIR. MAKANG X NIHUNG (WETA DI SATAM) ANAKNYA HAMPA, AGUR, MANGUR, PANGUL, JAPUNG. ➢ KAKA X DEM ANAKYA DI MBAI DAN BOLENG ➢ KAKA X NANDU ANAKNYA TANGKAK, ANGGKAM, ANGKAM X WAWE ANAKNYA RANTE RANTE X SINIT(WETA RUDU) ANAKNYA HARU, NNGELUK, JELAI. ➢ KAKA X ROM (SUKA) ANAKNYA LANGGA, TANJANG, WETANYA ONJOM (REGO), ONOM ( LANTE). LANGGA. ➢ LANGGA X SAEM (LANTE) ANAKNYA SATAM, ANGKA WETANYA AWEH (PACAR), NIHUNG (CAKO), ILUNG (PAJO). ➢ LANGGA X NJIENG (RA

Hubungan Interaksi, Relasi dan Tindakan Sosial dalam Reflektif Filosofis

Noldianto Marianus Lasterman Semua makhluk hidup pada dasarnya berkomunikasi satu dengan yang lain layaknya manusia. Seiring dengan perkembangannya komunikasi sudah ada sejak manusia diciptakan dan manusia menggunakan komunikasi sebagai bentuk dari interaksi untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi, relasi dan tindakan manusia merupakan kewajiban dari masing-masing individu. Manusia melakukan interaksi sebagai sarana komunikasi untuk mengenal satu dengan yang lain. Bisa dikatakan, dibalik esensi manusia pasti ada interaksi guna mengetahui kepribadian, kebiasaan, dan karakter seseorang. Ketika kita berpikir mengenai interaksi, Apa yang terlintas dalam pikiran kita? Mungkin benar tetapi tidak juga salah yakni hubungan antara Allah dan manusia. Pencipta dan dicipta adalah suatu kesatuan yang tidak dapat terpisah karena sudah jelas bahwa relasi keduanya saling berkesinambungan dan pastinya manusia tidak akan pernah berpaling dari sang Pencipta. Secara epistemologi i

Encountering Theology Of Mission

Noldianto Marianus Lasterman Dalam buku mengenai "Encountering Theology Of Mission"  terlebih khusus dalam bagian In Task Of Mission:Convergence and Counclusions,  mau mengajak para pembaca untuk mengetahui kisah teologi misi, seperti yang dijelaskan di bab sebelumnya, berkembang dengan baik ke tahun 1970an agak hiruk-pikuk yang menimbulkan kontroversi dan perpecahan. Baru menjelang akhir abad ke-20 telah ada moderasi dalam posisi dan beberapa pendekatan antara ahli missiologis evangelis dan konservatif. Sementara itu, dalam teologi evangelis.Misi, posisi mulai muncul memberi perhatian lebih besar pada aksi sosial sebagai bagian dari misi. Berbagai teologi evangelis telah menunjukkan diri mereka sebagai holistic (terkadang dieja secara holistik) karena mereka berusaha memahami misi dalam syarat pelayanan kepada keseluruhan pribadi. Istilah lain digunakan untuk posisi yang sama termasuk misi integral atau misi transformatif. Pendekatan ini mewakili upaya untuk mencapai

KAWIN BEDA AGAMA

  Noldianto Marianus Lasterman Pendahuluan             Dalam kepercayaan terhadap agama Islam yang begitu bersifat integral dan komprehensif membuat pemahaman bahwa Islam sebagai agama dunia dan akhirat, Islam sebagai agama dan dunia dan Islam sebagai agama dan negara. Ketiga pemahaman seperti ini membuat agama Islam sebagai agama yang agung dan terbesar di dunia. Dalam memahami doktrin ataupun ajaran yang kebanyakan dari mereka menggunakan ajaran Islam tersebut secara totalitas yang dimengerti sebagai ajaran yang absolute. Dalam konteks perkembangan zaman masyarakat muslim tidak mudah terpengaruh akan situasi yang terjadi saat ini, sehingga sebagian besar dari mereka tetap mempertahankan tradisi yang diajarkan secara turun temurun oleh Nabi Muhammad SAW.             Nabi Muhammad SAW sendiri, sebagaimana dikemukakan terdahulu, telah memberikan banyak contoh perilaku hidup yang mengedepankan kerukunan dan toleransi demi menggapai keharmonisan otentik. [1] Keberagaman bis